Wilayah
laut di selatan Amerika Serikat dengan titik sudut Miami (di Florida),
Puerto Rico (Jamaica), dan Bermuda ini, telah berabad-abad menyimpan
kisah yang tak terpecahkan. Misteri demi misteri bahkan telah dicatat
oleh pengelana samudera macam Christopher Columbus.
Sekitar 1492,
ketika dirinya akan mengakhiri perjalanan jauhnya menuju dunia barunya,
Amerika, Columbus sempat menyaksikan fenomena aneh di wilayah ini. Di
tengah suasana laut yang terasa aneh, jarum kompas di kapalnya beberapa
kali berubah-ubah. Padahal cuaca saat itu begitu baik.
Lebih dari
itu, tak jauh dari kapal, pada suatu malam tiba-tiba para awaknya
dikejutkan dengan munculnya bola-bola api yang terjun begitu saja ke
dalam laut. Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari arah ufuk yang
kemudian menghilang begitu saja.
Lima Grumman TBF Avenger AL AS yang lebih dikenal dengan "Flight 19" hilang di segitiga Bermuda

Martin PBM-3 Mariner, yang ditugaskan mencari "Flight 19" juga hilang di segitiga Bermuda

beberapa pesawat yang telah hilang akibat segitiga bermuda . . . .
Seketika itu pula tim SAR terbang menyapu wilayah seluas 100.000 mil
persegi yang diduga menjadi tempat kandasnya C-119. Namun hasilnya
benar-benar nihil. Sama seperti hilangnya pesawat-pesawat lainnya di
wilayah ini, tak satu pun serpihan pesawat atau tubuh manusia ditemukan.
“Benar-benar aneh. Sebuah pesawat terbang ke arah selatan Bahama dan
hilang begitu saja tanpa jejak,” demikian komentar seorang veteran
penerbang Perang Dunia II.
Seseorang dari Tim SAR mengatakan, kemungkinan pesawat jatuh di antara
Pulau Crooked dan Grand Turk. Bisa karena masalah struktur, ledakan,
atau kerusakan mesin. Kalau memang pesawat meledak, kontak radio memang
pasti tak akan pernah terjadi, tetapi seharusnya kami bisa menemukan
serpihan pecahannya.
Begitu pula jika pesawat mengalami kerusakan, mestinya sang pilot bisa
melakukan ditching (pendaratan darurat di atas air). Pasalnya, cuaca
saat itu dalam keadaan baik. Dalam arti langit cerah, ombak hanya
sekitar satu meter, dan angin hanya 15 knot. Analisis selanjutnya memang
mengembang kemana-mana.
Namun tetap tidak menghasilkan apa-apa. Kasus C-119 Flying Boxcar pun
terpendam begitu saja, sampai akhirnya pada tahun 1973 terbit artikel
dari International UFO Bureau yang mengingatkan kembali sejumlah orang
pada kasus ajaib tersebut. Dalam artikel ini dimuat kesaksian astronot
Gemini IV, James McDivitt dan Edward H. White II, yang justru membuat
runyam masalah.
Rupanya pada saat-saat di sekitar raibnya C-119, dia kebetulan tengah
mengamati wilayah di sekitar Karibia. Gemini kebetulan memang sedang
mengawang-awang di sana. Menurut catatan NASA, pada 3 sampai 7 Juni 1965
keduanya tengah melakukan eksperimen jalan-jalan ke luar kapsul Gemini
dengan perlengkapan yang dirahasiakan.
Menurut Divitt, dia melihat sebuah pesawat tak dikenal (UFO) dengan
semacam lengan mekanik kedapatan sedang meluncur di atas Karibia.
Beberapa menit kemudian Ed White pun menyaksikan obyek lainnya yang
serupa. Sejak itulah lalu merebak isu, C-119 diculik UFO. Para ilmuwan
pun segera tertarik menguji kesaksian ini.
Tak mau percaya begitu saja, mereka mengkonfirmasi obyek yang dilihat
kedua astronot dengan satelit-satelit yang ada disekitar Gemini IV.
Boleh jadi ‘kan yang mereka salah lihat ? Maklum saat itu (hingga kini
pun), banyak pihak masih menilai sektis terhadap kehadiran UFO. Ketika
itu kepada kedua astronot disodori gambar Pegasus 2, satelit raksasa
yang memang memiliki antene mirip lengan sepanjang 32 meter dan sejumlah
sampah satelit yang ada di sekitar itu.
Namun baik dari bentuk dan jarak, mereka menyanggah jika telah salah
lihat. “Sekali lagi saya tegaskan, dengan menyebut UFO ‘kan tak berarti
saya menunjuk pesawat ruang angkasa dari planet lain. Pengertian UFO
sangat universal. Bahwa jika saya melihat pesawat yang menurut penilaian
saya tak saya kenal, tidakkah layak jika saya menyebutnya sebagai UFO?”
sergah Divitt.

Begitulah kasus C-119 Flying Boxcar yang tak pernah terpecahkan hingga
kini. Diantara kapal atau pesawat yang raib di wilayah Segitiga Bermuda
kisahnya memang senantiasa sama. Terjadi ketika cuaca baik, tak ada
masalah teknis, kontak radio berjalan biasa, tetapi si pelintas
tiba-tiba menghilang begitu saja. Tanpa jejak sama sekali.
Banyak teori kemudian dihubung-hubungkan dengan segala kejadian di sana.
Ada yang menyebut teori pelengkungan waktu, medan gravitasi terbalik,
abrasi atmosfer, dan ada juga teori anomali magnetik-gravitasi.
Selain itu ada juga yang mengaitkannya dengan fenomena gampa laut,
serangan gelombang tidal, hingga lubang hitam (black-hole) yang hanya
terjadi di angkasa luar sana. Aneh-aneh memang analisanya, namun tetap
saja tak ada satu pun yang bisa menjelaskannya.
Penyelidikan terakhir
Segitiga Bermuda di program TV Discovery & National Geographic tahun
2011 telah menyelidiki bahwa terjadinya gangguan mesin, kompas &
alat navigasi lain karena adanya daya magnet lokal (bukan magnet kutub)
yang dihasilkan dari bawah kulit bumi pada daerah tersebut. Bukti baru
ini telah diselidiki oleh para ahli dengan citra satelit di daerah
tersebut.
Lalu para ahli beserta para pilot berpengalaman menyusuri daerah
sekitarnya dan terbukti pula bahwa alat-alat navigasi dalam kokpit
berubah dan terganggu. Karena teknologi masa kini semakin canggih, maka
dapat di pantau pula melalui satelit.

Dari citra satelit dengan infra red, ultra violet & lainnya yang
memantau daerah itu telah terbukti bahwa di dalam kerak bumi pada daerah
tersebut terdapat pusaran-pusaran lava panas yg menghasilkan
gelombang-gelombang elektromagnet sampai menembus ke luar permukaan
bumi.
Pusaran-pusaran panas yang berupa lava cair di dalam kerak bumi berputar seperti layaknya
hurricane atau
thypoon yang diameternya sangat besar dan terjadi di bawah kerak bumi.
Earth Magnetic Field
Jadi jika bumi diibaratkan balon yang diisi air, karet balon adalah
kerak bumi sedangkan air dalam balon adalah magma/lava cair yang berada
di dalam inti bumi.
Cairan lava dibawah mantel Bumi tersebut memiliki tekanan dan panas yang berbeda-beda.
Cairan tersebut juga memiliki “arus” dan dapat berputar-putar seperti jika kita baru merebus air.
Gerak arus lava yang berputar-putar tersebut ternyata juga menimbulkan medan magnetik.
Medan magnet yang dihasilkan dapat menimbulkan gelombang
elektromagnet dan dapat mempengaruhi alam sekitarnya hingga ke atas
kerak bumi / permukaan bumi dan membuat alat navigasi menjadi berantakan
dan tak berfungsi sempurna.
Akibat peralatan navigasi yang terpengaruhi oleh medan magnet dari
putaran-putaran lava di dalam mantel Bumi inilah yang akhirnya membuat
peralatan navigasi terganggu dan membuat tujuan atau rute yang
direncanakan akan dituju mengubah halauan sang kapten dan pilot.
← Ditemukan, Fosil Jamur Setinggi 6 Meter Yang Tak Masuk Akal
[True Story] Andrea Gail, Kapal Nelayan Yang Karam di Film “The Perfect Storm” →
Penyelidikan Terbaru: Fakta Nyata Misteri Segitiga Bermuda
Posted on November 17, 2011
Fakta Nyata Dari Misteri Segitiga Bermuda
Wilayah laut di selatan Amerika Serikat dengan titik sudut Miami (di
Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan Bermuda ini, telah berabad-abad
menyimpan kisah yang tak terpecahkan. Misteri demi misteri bahkan telah
dicatat oleh pengelana samudera macam Christopher Columbus.
Sekitar 1492, ketika dirinya akan mengakhiri perjalanan jauhnya menuju
dunia barunya, Amerika, Columbus sempat menyaksikan fenomena aneh di
wilayah ini. Di tengah suasana laut yang terasa aneh, jarum kompas di
kapalnya beberapa kali berubah-ubah. Padahal cuaca saat itu begitu baik.
Lebih dari itu, tak jauh dari kapal, pada suatu malam tiba-tiba para
awaknya dikejutkan dengan munculnya bola-bola api yang terjun begitu
saja ke dalam laut. Mereka juga menyaksikan lintasan cahaya dari arah
ufuk yang kemudian menghilang begitu saja.
Segitiga Bermuda: Miami (di Florida), Puerto Rico (Jamaica), dan pulau Bermuda
Begitulah Segitiga Bermuda. Di wilayah ini, indera keenam memang seperti
dihantui ‘suasana’ yang tak biasa. Namun begitu rombongan Columbus
masih terbilang beruntung, karena hanya disuguhi ‘pertunjukkan’. Beda
dengan para pelintas yang lain.
Menurut catatan kebaharian, peristiwa terbesar yang pernah terjadi di
wilayah ini adalah lenyapnya sebuah kapal berbendera Inggris, Atalanta,
pada 1880. Tanpa jejak secuilpun, kapal yang ditumpangi tiga ratus kadet
dan perwira AL Inggris itu raib di sana. Selain Atalanta, Segitiga
Bermuda juga telah menelan ratusan kapal lainnya.
Lima Grumman TBF Avenger AL AS yang lebih dikenal dengan "Flight 19" hilang di segitiga Bermuda
Di lain kisah, Segitiga Bermuda juga telah membungkam puluhan pesawat yang melintasinya.
Peristiwa terbesar yang kemudian terkuak sekitar 1990 lalu adalah
raibnya iring-iringan lima Grumman TBF Avenger AL AS yang lebih dikenal
dengan “Flight 19″ tengah berpatroli melintas wilayah laut ini pada
siang hari 5 Desember 1945.
Setelah sekitar dua jam penerbangan komandan penerbangan melapor, bahwa dirinya dan anak buahnya seperti mengalami disorientasi.
Beberapa menit kemudian kelima TBF Avenger ini pun raib tanpa sempat
memberi sinyal SOS. Anehnya, misteri Avenger tak berujung di situ saja.
Ketika sebuah pesawat SAR jenis Martin PBM-3 Mariner dikirim mencarinya,
pesawat amfibi gembrot dengan tigabelas awak ini pun ikut-ikutan
lenyap. Hilang bak ditelan udara.
Martin PBM-3 Mariner, yang ditugaskan mencari "Flight 19" juga hilang di segitiga Bermuda
Keesokan harinya ketika wilayah-wilayah laut yang diduga menjadi tempat
kecelakaan keenam pesawat disapu enam pesawat penyelamat pantai dengan
27 awak, tak satu pun serpihan pesawat ditemukan.
Ajaib… Tahun demi tahun berlalu. Sekitar 1990, tanpa dinyana seorang
peneliti berhasil menemukan onggokan kerangka pesawat di lepas pantai
Fort Launderdale, Florida. Betapa terkejutnya orang-orang yang
menyaksikan. Karena, ketika dicocok kan, onggokan metal itu ternyata
bagian dari kelima TBF Avenger!
C-119 Flying Boxcar, hilang di segitiga Bermuda
Kisah ajaib lainnya adalah hilangnya pesawat transpor C-119 Flying
Boxcar pada 7 Juni 1965. Pesawat tambun mesin ganda milik AU AS
bermuatan kargo ini, hari itu pukul 7.47 lepas landas dari Lanud
Homestead.
Pesawat dengan 10 awak ini terbang menuju Lapangan Terbang Grand Turk, Bahama, dan diharapkan mendarat pukul 11.23.
Pesawat ini sebenarnya hampir menuntaskan perjalanannya. Hal ini
diketahui dari kontak radio yang masih terdengar hingga pukul 11.
Sesungguhnya memang tak ada yang mencurigakan. Kerusakan teknis juga tak
pernah dilaporkan. Tetapi Boxcar tak pernah sampai tujuan.
“Dalam kontak radio terakhir tak ada indikasi apa-apa bahwa pesawat
tengah mengalami masalah. Namun setelah itu kami kehilangan jejaknya,”
begitu ungkap juru bicara Penyelamat Pantai Miami. “Besar kemungkinan
pesawat mengalami masalah kendali arah (steering trouble) hingga nyasar
ke lain arah,” tambahnya.
Beberapa pesawat yang pernah hilang di segitiga bermuda
Seketika itu pula tim SAR terbang menyapu wilayah seluas 100.000 mil
persegi yang diduga menjadi tempat kandasnya C-119. Namun hasilnya
benar-benar nihil. Sama seperti hilangnya pesawat-pesawat lainnya di
wilayah ini, tak satu pun serpihan pesawat atau tubuh manusia ditemukan.
“Benar-benar aneh. Sebuah pesawat terbang ke arah selatan Bahama dan
hilang begitu saja tanpa jejak,” demikian komentar seorang veteran
penerbang Perang Dunia II.
Seseorang dari Tim SAR mengatakan, kemungkinan pesawat jatuh di antara
Pulau Crooked dan Grand Turk. Bisa karena masalah struktur, ledakan,
atau kerusakan mesin. Kalau memang pesawat meledak, kontak radio memang
pasti tak akan pernah terjadi, tetapi seharusnya kami bisa menemukan
serpihan pecahannya.
Begitu pula jika pesawat mengalami kerusakan, mestinya sang pilot bisa
melakukan ditching (pendaratan darurat di atas air). Pasalnya, cuaca
saat itu dalam keadaan baik. Dalam arti langit cerah, ombak hanya
sekitar satu meter, dan angin hanya 15 knot. Analisis selanjutnya memang
mengembang kemana-mana.
Namun tetap tidak menghasilkan apa-apa. Kasus C-119 Flying Boxcar pun
terpendam begitu saja, sampai akhirnya pada tahun 1973 terbit artikel
dari International UFO Bureau yang mengingatkan kembali sejumlah orang
pada kasus ajaib tersebut. Dalam artikel ini dimuat kesaksian astronot
Gemini IV, James McDivitt dan Edward H. White II, yang justru membuat
runyam masalah.
Rupanya pada saat-saat di sekitar raibnya C-119, dia kebetulan tengah
mengamati wilayah di sekitar Karibia. Gemini kebetulan memang sedang
mengawang-awang di sana. Menurut catatan NASA, pada 3 sampai 7 Juni 1965
keduanya tengah melakukan eksperimen jalan-jalan ke luar kapsul Gemini
dengan perlengkapan yang dirahasiakan.
Menurut Divitt, dia melihat sebuah pesawat tak dikenal (UFO) dengan
semacam lengan mekanik kedapatan sedang meluncur di atas Karibia.
Beberapa menit kemudian Ed White pun menyaksikan obyek lainnya yang
serupa. Sejak itulah lalu merebak isu, C-119 diculik UFO. Para ilmuwan
pun segera tertarik menguji kesaksian ini.
Tak mau percaya begitu saja, mereka mengkonfirmasi obyek yang dilihat
kedua astronot dengan satelit-satelit yang ada disekitar Gemini IV.
Boleh jadi ‘kan yang mereka salah lihat ? Maklum saat itu (hingga kini
pun), banyak pihak masih menilai sektis terhadap kehadiran UFO. Ketika
itu kepada kedua astronot disodori gambar Pegasus 2, satelit raksasa
yang memang memiliki antene mirip lengan sepanjang 32 meter dan sejumlah
sampah satelit yang ada di sekitar itu.
Namun baik dari bentuk dan jarak, mereka menyanggah jika telah salah
lihat. “Sekali lagi saya tegaskan, dengan menyebut UFO ‘kan tak berarti
saya menunjuk pesawat ruang angkasa dari planet lain. Pengertian UFO
sangat universal. Bahwa jika saya melihat pesawat yang menurut penilaian
saya tak saya kenal, tidakkah layak jika saya menyebutnya sebagai UFO?”
sergah Divitt.
This diagram shows the current variation of the Earth magnetic field.
Begitulah kasus C-119 Flying Boxcar yang tak pernah terpecahkan hingga
kini. Diantara kapal atau pesawat yang raib di wilayah Segitiga Bermuda
kisahnya memang senantiasa sama. Terjadi ketika cuaca baik, tak ada
masalah teknis, kontak radio berjalan biasa, tetapi si pelintas
tiba-tiba menghilang begitu saja. Tanpa jejak sama sekali.
Banyak teori kemudian dihubung-hubungkan dengan segala kejadian di sana.
Ada yang menyebut teori pelengkungan waktu, medan gravitasi terbalik,
abrasi atmosfer, dan ada juga teori anomali magnetik-gravitasi.
Selain itu ada juga yang mengaitkannya dengan fenomena gampa laut,
serangan gelombang tidal, hingga lubang hitam (black-hole) yang hanya
terjadi di angkasa luar sana. Aneh-aneh memang analisanya, namun tetap
saja tak ada satu pun yang bisa menjelaskannya.
Penyelidikan terakhir
Segitiga Bermuda di program TV Discovery & National Geographic tahun
2011 telah menyelidiki bahwa terjadinya gangguan mesin, kompas &
alat navigasi lain karena adanya daya magnet lokal (bukan magnet kutub)
yang dihasilkan dari bawah kulit bumi pada daerah tersebut. Bukti baru
ini telah diselidiki oleh para ahli dengan citra satelit di daerah
tersebut.
Lalu para ahli beserta para pilot berpengalaman menyusuri daerah
sekitarnya dan terbukti pula bahwa alat-alat navigasi dalam kokpit
berubah dan terganggu. Karena teknologi masa kini semakin canggih, maka
dapat di pantau pula melalui satelit.
Lithosphere magnetic field
Dari citra satelit dengan infra red, ultra violet & lainnya yang
memantau daerah itu telah terbukti bahwa di dalam kerak bumi pada daerah
tersebut terdapat pusaran-pusaran lava panas yg menghasilkan
gelombang-gelombang elektromagnet sampai menembus ke luar permukaan
bumi.
Pusaran-pusaran panas yang berupa lava cair di dalam kerak bumi berputar
seperti layaknya hurricane atau thypoon yang diameternya sangat besar
dan terjadi di bawah kerak bumi.
Earth Magnetic Field
Jadi jika bumi diibaratkan balon yang diisi air, karet balon adalah
kerak bumi sedangkan air dalam balon adalah magma/lava cair yang berada
di dalam inti bumi.
Cairan lava dibawah mantel Bumi tersebut memiliki tekanan dan panas yang berbeda-beda.
Cairan tersebut juga memiliki “arus” dan dapat berputar-putar seperti jika kita baru merebus air.
Gerak arus lava yang berputar-putar tersebut ternyata juga menimbulkan medan magnetik.
Medan magnet yang dihasilkan dapat menimbulkan gelombang elektromagnet
dan dapat mempengaruhi alam sekitarnya hingga ke atas kerak bumi /
permukaan bumi dan membuat alat navigasi menjadi berantakan dan tak
berfungsi sempurna.
Akibat peralatan navigasi yang terpengaruhi oleh medan magnet dari
putaran-putaran lava di dalam mantel Bumi inilah yang akhirnya membuat
peralatan navigasi terganggu dan membuat tujuan atau rute yang
direncanakan akan dituju mengubah halauan sang kapten dan pilot.
Bermuda triangle magnetic field area
Hingga kini, tiada satupun ada orang yang selamat (survivor) yang
berhasil ditemukan. Bahkan bangkai pesawatpun tak berbekas sama sekali.
Oleh sebab itulah, teori mengenai medan magnet lokal akibat adanya
putaran-putaran lava di dalam kerak Bumi bukan hanya satu-satunya teori.
Teori tentang akibat adanya campur tangan UFO atau pengaruh Geografi dan
iklim (alamiah) serta pengaruh medan magnet, masih merupakan beberapa
teori dari adanya teori-teori lainnya tentang Segitiga Bermuda ini.
Selama itu belum mutlak pasti, misteri masih terbuka lebar.
Namun yang jelas dalam beberapa dekade terakhir, kecelakaan sangat
jarang sekali terjadi bahkan bisa dibilang tak ada. Jika ini karena
adanya konspirasi lain apalagi diluar domain sains, misalnya karena
menyangkut alien, UFO, makhluk laut jahat, bahkan makhluk gaib atau
bahkan gas methane, pasti kecelakaan akan terus terjadi hingga saat ini.
Kenapa dalam beberapa dekade ini tak ada lagi kecelakaan yang berarti di
segitiga bermuda? Sebabnya adalah karena pada masa kini pesawat dan
kapal laut tak lagi hanya menggunakan penunjuk arah yaitu Kompas saja.
Namun pada masa kini semua transportasi tersebut sudah menggunakan
sistim navigasi GPS (Global Positioning System) yang dipandu oleh
minimal 3 buah satelit.
Itu sebabnya arah mata angin Utara, Selatan, Timur dan Barat akan lebih
akurat dan takkan berpengaruh oleh medan magnet atau apapun itu.
(sumber: icc.wp.com, Bermuda Triangle on National Geographic TV Channel)